Bila seorang anak meninggal dunia maka siapapun orang tuanya pastilah ia dirundung kesedihan yang sangat dalam. Sekuat apapun orang tua, kesedihan pasti melanda hatinya.
Inilah yang digambarkan oleh Rasulullah Shallallahi 'alaihi wa sallama dalam hadits qudsi yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi.
“Hadis Qudsi adalah wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Shollallahu 'alaihi wa sallama tanpa melalui perantara malaikat, namun dengan ilham atau mimpi.
Terkadang hadis Qudsi diturunkan berupa lafadz dan maknanya dan adakalanya lafadznya saja kemudian Nabi sendiri yang mengungkapkannya dengan lafadz dari diri beliau sendiri yang dinisbatkan kepada Allah.
Membaca hadis Qudsi tersebut tidak di anggap ibadah dan juga tidak mengandung mukjizat”.
Walaupun hadis qudsi disebut hadis Ilahi atau juga hadis Robbani karena bersumber dari Allah Subhanahu Wata’ala, namun hadis Qudsi bukanlah Al-Qur’an.
Maka, kita tidak boleh menyamakan kedudukan al-Qur’an dengan hadis qudsi.
Allah Maha Mengetahui isi hati hambanya dan Dialah Yang Menciptakan manusia semuanya, maka dari itu Dia lebih mengetahui apa yang dirasakan oleh hambanya ketika buah hati hambanya meninggal, sungguh Dia Maha Mengetahui sedihnya perasaan orang tua yang ditinggal putranya atau putrinya yang sangat mereka sayangi.
Hal ini bisa kita fahami secara jelas dari Hadis Qudsi yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi berikut ini
إِذَا مَاتَ وَلَدُ
الْعَبْدِ قَالَ اللَّهُ لِمَلائِكَتِهِ
قَبَضْتُمْ وَلَدَ عَبْدِي فَيَقُولُونَ
نَعَمْ فَيَقُولُ
قَبَضْتُمْ ثَمَرَةَ فُؤَادِهِ فَيَقُولُونَ نَعَمْ
فَيَقُولُ
مَاذَا قَالَ عَبْدِي فَيَقُولُونَ حَمِدَكَ
وَاسْتَرْجَعَ فَيَقُولُ اللَّهُ :
ابْنُوا لِعَبْدِي
بَيْتًا فِي الْجَنَّةِ وَسَمُّوهُ بَيْتَ الْحَمْدِ
Bila anak seorang hamba meninggal, Allah berfirman kepada para Malaikat-Nya; ‘Kalian telah menggenggam (mencabut nyawa) anak hambaku ?’ Maka mereka pun menjawab; ‘Iya’.
Allah berkata lagi; ‘Kalian telah menggenggam (mencabut nyawa) buah hatinya?’ Maka mereka menjawab; ‘Iya’. Allah berkata lagi; ‘Apakah yang dikatakan hambaku ?’
Mereka menjawab; ‘Ia memujimu dan istirja’ (membaca hamdalah dan inna lillah)’.
Maka Allah berkata; ‘Bangunkanlah untuk hambaku rumah di surga dan namakan rumah itu dengan Baitul Hamdi (rumah pujian).’ (HQR. Tirmidzi)
Dalam hadis ini ada banyak hal yang dapat kita ambil hikmahnya. Diantaranya adalah :
Allah Maha Tahu perasaan hambanya yang ditinggal oleh buah hatinya.
Ini tentu hanya bisa dirasakan oleh orang tua yang telah ditinggal mati oleh putranya atau putri yang sangat disayanginya.
Karena sehebat apapun kata-kata untuk mengungkapkan perasaan sedih itu tidak akan sanggup mewakili dalamnya kesedihan yang sesungguhnya yang dirasakan oleh orang tua yang anak meninggal.
Kasih sayang Allah kepada hambanya yang beriman melebihi kasih sayang orang tua kepada anaknya.
Besarnya kasih sayang Allah tergambar dari besarnya balasan dan ganjaran yang disediakan Allah kepada orang tua yang sabar dan ikhlas menerima qodho (ketetapan-Nya) kepada seorang hamba, karena ini sekali lagi menunjukkan kadar iman seorang hamba kepada Allah, iman terhadap qodho atau ketentuan Allah (baik maupun buruk yang datang dari Allah).
Setiap Orang Ujiannya Berbeda-beda
Mungkin ada orang yang mengatakan bahwa mengapa terlalu berat masalah yang menimpaku ? Mengapa ujianku begitu berat ? atau dengan ungkapan lain yang senada dan semaksud.
Terkadang ungkapan itu muncul karena terlalu berat masalah yang dihadapi dan terlalu besar ujian yang datang. Begitulah kira-kira perasaan yang muncul.
Ada seorang teman yang anaknya kuliah di luar kota, lalu tiba-tiba dapat kabar bahwa anaknya kecelakaan tunggal di jalan.
Sudah diupayakan untuk segera dilarikan dan diberikan perawatan di Rumah Sakit terdekat, namun nasib berkata lain. Sang anak pertama yang disayang ini akhirnya meninggal.
Tidak dahului sakit bahkan tanpa bercakap-cakap sebelumnya dan tanpa bertatap muka terlebih dahulu, namun hanya dapat kabar via whatsapp bahwa sang anak kecelakaan dan tidak selang begitu lama kemudian dapat kabar yang menyedihkan dari pihak RS bahwa sang anak sudah tiada.
Inilah sedikit dari cerita yang mungkin terjadi di sekitar kita. Dan begitulah musibah dan ujian itu datang kepada setiap orang yang berbeda-beda. Dengan ujian yang berbeda-beda pula.
Semua Manusia Pasti Mendapatkan Ujian
Tidak bisa dipungkiri dan tidak bisa dihindari bahwa kita semua pasti pernah mendapatkan ujian, masalah dan musibah. Bukan semata-mata ujian di sekolah, namun ujian kehidupan yang sesungguhnya.
Masalah yang dihadapi manusia pastilah berbeda-beda sebagaimana sebelumnya kita bahas. Dan setiap manusia pasti punya masalah sendiri-sendiri.
Apalagi hidup kita seluruhnya adalah ujian, karena Allah menciptakan adalah dalam rang diuji siapakah yang paling baik amalnya diantara kita manusia. Ini tercantum jelas di dalam Al Quran surat Al Mulk.